728x90 AdSpace

  • HEADLINES

    8.22.2015

    Sistem Yang Tidak Masuk Akal

    Krisis kapitalisis
    Krisis Kapitalisme, Tidak Masuk Akal. Photo: Istimewa
    Apa Yang Diperjuangkan Sosialisme (1)
    Sistem Tanpa Masa Depan (2)

    Sistem Yang Tidak Manusiawi (3)

    Sistem Yang Tidak Masuk Akal Kapitalisme berarti tanah, sumber daya alam, mesin dan pabrik – alat produksi – dimiliki secara pribadi. Kapitalis tidak mendapatkan alat-alat produksi tersebut dengan bekerja kerjas. Belum pernah seperti itu dalam sejarah. Produksi massal berkembang maju dalam dua ratus tahun terakhir ini seiring kemajuan teknologi menciptakan kemampuan untuk mekanisasi produksi. Mesin baru tersebut terlalu besar untuk digunakan satu orang saja dan terlalu mahal dibeli secara perorangan.

    Ada orang-orang yang dapat mengumpulkan cukup uang untuk mendapat mesin-mesin tersebut dan membangun pabrik-pabrik untuk diisi mesin-mesin. Merekalah kapitalis, para pemilik modal. Mereka tidak memperoleh modal tersebut karena bekerja keras dan menabung. Itu tidak cukup bahkan untuk membayar uang muka pintu pabrik. Kita dapat melihat dalam sejarah kekayaan modern bahwa kebanyakan para pemilik modal awal mendapat kekayaannya melalui pembajakan dan pencurian atau dengan penculikan orang lain yang kemudian dijual sebagai budak.

    Para pemilik modal menemukan petani-petani yang tergusur dari lahannya serta tukang kerajinan yang miskin dan mengupah mereka agar datang ke pabrik-pabriknya untuk menjalankan mesin baru. Orang yang masih bekerja dengan tangan tidak dapat bersaing dengan sistem produksi baru ini. Banyak dari mereka terpaksa meninggalkan pertukangan dan bekerja untuk para pemilik modal. Dengan demikian, buruh modern tercipta, orang-orang yang tidak lagi memiliki alat-alat kerja atau tidak mampu lagi berwiraswasta, orang-orang yang tidak memiliki apa-apa yang dapat dijual, kecuali tenaga kerjanya.

    Kapitalisme mensosialisasikan proses produksi. Produksi tidak lagi dilakukan secara pribadi atau melalui kegiatan perseorangan melainkan menjadi upaya kerja bersama, semacam tindakan sosial. Kita tidak lagi membuat barang-barang yang kita gunakan, kita makan atau kita pakai sendiri seperti mobil dan rumah kita. Kita tidak membuat barang ini secara perorangan melainkan diproduksi secara sosial. Di Australia, Indonesia dan di seluruh dunia, pekerjaan dibagi-bagikan. Kaum buruh di suatu bagian dunia membuat barang yang digunakan oleh orang di bagian dunia lain. Bayangkan, berapa banyaknya jumlah buruh di berbagai negeri yang terlibat dalam memproduksi satu baut saja bagi sebuah mobil – pertambangan, menempa, membentuk dan mengangkut besinya.

    Akan tetapi, walaupun kita memproduksi barang secara sosial, melalui kerja bersama, kita tidak memiliki alat-alat produksi secara sosial atau secara bersama. Hal ini mempengaruhi setiap keputusan yang diambil dalam masyarakat terhadap apa yang diproduksi. Rakyat tidak mempunyai hak terhadap apa atau bagaimana barang-barang diproduksi. Keputusan tentang produksi tidak diambil oleh mayoritas demi kepentingan mayoritas, malahan diambil oleh minoritas demi kepentingan minoritas.

    Tidak mungkin pemilik modal mengatakan: “Kita perlu tempat tidur sebanyak ini dengan tipe seperti ini di Indonesia”. Para pemilik modal justru akan berkata: “Berapa banyak uang yang dapat saya peroleh kalau saya memproduksi tempat tidur dengan tipe seperti itu sebanyak ini”. Mereka tidak peduli berapa banyak rakyat terpaksa tidur di jalan. Kalau makanan diproduksi sesuai dengan kebutuhan misalnya, Amerika Serikat saja bisa memproduksi cukup makanan untuk semua orang di dunia ini. Namun, memenuhi kebutuhan manusia adalah “kemewahan” yang menjadi beban bagi sistem kapitalis. Padahal, bukan karena kita tidak mampu memenuhi kebutuhan yang ada.

    Semakin lama situasinya semakin buruk. Kerakusan sistem kapitalisme – motif mencari keuntungan – hanya melahirkan semakin banyak kelaparan. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Pada tahun 1979, pendapatan nasional per kapita di Mozambique mencapai 180 USD sedangkan di Swiss pendapatan nasional per kapita mencapai 9.500 USD. Pada tahun 1991 di Mozambique, pendapatan nasional per kapita telah turun sampai 57,5 USD sedangkan di negeri Swiss naik sampai 24.000 USD. Di Inggris orang paling kaya yang merupakan 1% dari penduduknya, mempunyai lebih dari 20% kekayaan nasional. Sedangkan orang paling miskin di Inggris yang merupakan 50% dari penduduknya, hanya mempunyai 7% kekayaan nasional Di Australia situasinya juga sama.[1] Di Indonesia total kekayaan 0,02 persen penduduk terkaya setara dengan 25 persen Produk Domestik Bruto Indonesia. Itu juga berarti bahwa kekayaan 43 ribu orang tersebut hampir sama dengan total harta benda dari 140 juta rakyat Indonesia atau 60 persen penduduk. Konsentrasi kekayaan yang 3 kali lebih besar dibandingkan Thailand dan 4 kali lebih besar dari Malaysia serta 25 kali lebih dibandingkan Singapura. Pada tahun 2010 kekayaan 40 orang paling kaya di Indonesia, yang tentunya para pemilik modal, sebesar 680 triliun rupiah atau setara dengan 10,4 persen PDB Indonesia. Kekayaan 40 orang tersebut setara dengan 60 juta rakyat yang paling miskin. Kekayaan para pemilik modal tersebut dalam 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 naik rata-rata 80 persen setiap tahunnya. Sebuah akumulasi modal yang jauh lebih besar dibandingkan Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Cina dan Jepang. [2]

    ___________________________


    [1] Di Amerika Serikat 1 persen orang paling kaya menguasai 40 persen kekayaan nasional. Sementara 80 persen penduduk (sekitar 248 juta orang) berebut 7 persen kekayaan Amerika Serikat yang ditaksir pada tahun 2009 sebesar 54 triliun USD. Satu persen orang paling kaya tersebut hari ini membawa pulang sekitar 24 persen pendapatan nasional. Mereka juga menguasai 50 persen dari keseluruhan saham, obligasi dan reksadana. Sementara 50 persen penduduk Amerika Serikat hanya memiliki 0,5 persen dari keseluruhan tersebut. Yang bisa diartikan bahwa mereka tidak memiliki investasi apapun. Bagi rata-rata kaum buruh mereka harus bekerja lebih dari 1 bulan untuk bisa mendapatkan hasil yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para CEO perusahaan besar selama 1 jam. Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=QPKKQnijnsM

    Secara global terdapat 7 miliar penduduk dunia dengan kekayaan sekitar 223 triliun USD. 1 persen orang paling kaya di dunia menguasai 43 persen kekayaan dunia. Sementara 80 persen penduduk dunia memperebutkan 6 persennya. Bahkan 300 orang paling kaya di dunia memiliki kekayaan yang sama dengan kekayaan 3 miliar orang (itu sama dengan gabungan penduduk India, Cina, Amerika dan Brazil). Sumber http://www.therules.org/en

    [2] http://www.theprakarsa.org/uploaded/lain-lain/Prakarsa-Policy-Review.pdf



    Selanjutnya baca:
    Apa Kegunaan Perang (5)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan PPRI. Kami berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.
    Untuk saran, koreksi dan hak jawab, pengiriman press rilis, artikel, photo, silahkan mengirimkan email ke: infoppri2015@gmail.com

    Item Reviewed: Sistem Yang Tidak Masuk Akal Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top