728x90 AdSpace

  • HEADLINES

    8.22.2015

    Sistem Yang Tidak Manusiawi

    Perbudakan modern masih terus terjadi
    Data Perbudakan modern, Photo: Metronews
    Apa Yang Diperjuangkan Sosialisme (1)
    Sistem Tanpa Masa Depa (2)


    II. Sistem Yang Tidak Manusiawi  
    Meluaskan kemiskinan
    Kapitalisme bertindak seperti seseorang yang mengatakan: “Saya begitu menyukai orang miskin jadi menurut saya tidak pernah ada cukup orang miskin”. Di Brazil misalnya, sistem kapitalisme membunuh seribu anak per hari melalui penyakit atau kelaparan. Ada atau tidak adanya pemilihan umum, kapitalisme tetap bersifat anti-demokrasi – kebanyakan orang menjadi tawanan dari kebutuhan hidup.

    Menurut data “resmi”, 80% rakyat di dunia berada dalam keadaan miskin, dan sistem kapitalisme menahan mereka dalam keadaan miskin. Kebanyakan Negara-negara Dunia Ketiga ekonominya dicegah berkembang. Bukannya mendapat bantuan dari negeri-negeri industri maju, kekayaan Negara Dunia Ketiga justru dihisap oleh kekuatan imperialis. Pada tahun 1990 Negara Dunia Ketiga menerima $44 milyar bantuan resmi. Pada tahun yang sama, $165 milyar ditarik keluar dari Negara Dunia Ketiga ke negara-negara imperialis sebagai pembayaran hutang luar negeri.[1]

    Teknologi dan uang yang diperlukan untuk membangun industri di Negara Dunia Ketiga dikuasai oleh perusahaan transnasional dari negara-negara kaya. Kurang dari 700 perusahaan menguasai mayoritas produksi di dunia. Untuk mendapat bahan-bahan mentah dan menjual produksi pertanian kepada negara yang maju, perekonomian Negara Dunia Ketiga terpaksa bekerja melalui perusahaan transnasional yang mengambil kebanyakan keuntungan. Kemudian barang-barang jadi, barang-barang manufaktur, dijual kembali kepada Negara Dunia Ketiga. Penguasaan atas teknologi dan keuangan oleh perusahaan transnasional menjamin dominasi negara-negara maju atas industri manufaktur.

    Kalau itu masih belum cukup, blok-blok perdagangan dan kekuatan militer menjaminnya. Perekonomian Negara Dunia Ketiga menyediakan buruh murah dan bahan-bahan mentah serta mengkonsumsi apa yang dijual oleh perusahaan multi-nasional. Untuk mempertahankan daya saingnya, perusahaan transnasional membayar semakin sedikit untuk bahan-bahan mentah dan menuntut bayaran lebih banyak untuk barang-barang yang dijualnya. Tentu saja hasilnya yang miskin tambah miskin. Pada awal dekade ini rata-rata pendapatan orang yang tinggal di Negara Dunia Ketiga hanya 6% daripada rata-rata pendapatan orang yang tinggal di negara maju. Ketika resesi ekonomi terjadi, persaingan demi keuntungan menjadi semakin besar dan menghukum semakin banyak orang untuk hidup dalam kemiskinan. Menurut PBB, 31 negara dapat digolongkan sebagai “golongan negara yang paling miskin”.[2]

    Pada tahun 1990, 11 negara lagi masuk golongan negara yang paling miskin di dunia. Jumlah Negara Dunia Ketiga pun tidak cukup. Kapitalisme perlu menyebarkan kemiskinan ke mana-mana. Sekarang ada “dunia ketiga” di dalam Negara Dunia Pertama. Di Negara Dunia Pertama yang kaya terdapat semakin banyak penganggur baru dan buruh berupah rendah. Di Australia ada dua juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan dua juta orang yang mau bekerja tetapi tidak bisa. Di AS kemiskinan pada tahun 1990an telah menjadi sama dengan tahun 1960an. Duapuluh lima persen penduduk dunia hidup dalam kemiskinan; bukan hanya pengangguran. Tigapuluh tiga persen dari seratus juta tenaga kerja di AS adalah orang yang mendapatkan upah namun upah yang begitu rendah sehingga mereka hanya sedikit di atas garis kemiskinan resmi. [3] Sementara itu di Indonesia jika ukuran kemiskinan adalah 2 USD PPP[4] maka yang tergolong penduduk miskin adalah lebih dari separuh penduduk Indonesia. Itu berarti sekitar 117 juta penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan.[5]
    Pengangguran

    Semakin banyak rakyat masuk golongan miskin karena mereka menganggur. Tetapi mengapa rakyat yang mencari pekerjaan tidak bisa mendapatkan pekerjaan? Tentunya ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Ada kebutuhan membangun rumah, sekolah dan rumah sakit, membuat pakaian, membangun tempat rekreasi, menanam bahan pangan, tempat-tempat yang perlu reboisasi, sungai yang perlu dibersihkan. Dan tentu saja, semakin banyak rakyat bekerja, seharusnya semakin banyak uang yang ada untuk mengupah mereka – lebih banyak rumah, makanan, pakaian dan jasa.

    Seharusnya, tugas untuk mencari orang yang ingin bekerja sangat mudah. Jadi apa masalahnya? Karena di antara rakyat yang ingin bekerja dan mesin-mesin yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut berdiri kelompok kapitalis – suatu kelompok yang kecil sekali dan juga sering disebut pengusaha. Yang usahanya adalah untuk mendapat uang. Dan kita tidak dapat menggunakan mesin-mesin yang dimilikinya kalau tidak sesuai dengan tujuan tersebut – yaitu menghasilkan uang bagi mereka. Mereka lebih suka menjalankan pabriknya dengan kapasitas 50 sampai 75 persen supaya barang-barang yang ada di pasar lebih sedikit sehingga harganya lebih tinggi. Dan para pengusaha itu perlu memastikan agar tetap ada pengangguran agar upah rendah dapat dipertahankan. Buruh-buruh yang berjuang untuk upah yang lebih baik selalu dapat dipecat dan diganti dengan para penganggur yang sudah mengantri.

    Kapitalisme tidak dapat membiarkan kaum buruh dan rakyat cukup sandang, pangan dan papan. Kapitalisme tidak dapat membiarkan mereka yang menderita kelaparan dan gizi buruk mendapatkan pangan yang cukup. Demikian juga kapitalisme tidak dapat membiarkan mereka yang sakit mendapatkan kesehatan sepenuhnya. Bahkan kapitalisme akan membiarkan anak-anak hidup dijalanan ketimbang membangunkan rumah dan memberikan pendidikan untuk mereka. Pengangguran tidak dapat dihindari dalam masyarakat yang berdasarkan atas motif menumpuk keuntungan. Tujuan utama produksi kapitalisme bukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, tetapi untuk berproduksi secepat mungkin dan semurah-murahnya. Dengan begitu perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya di pasar. Dengan proses ini, pada akhirnya kapitalisme cenderung memproduksi berlebihan; kelebihan makanan, pakaian, bangunan dan peralatan rumah.

    Maka kapitalisme “mengalami” resesi ekonomi agar dapat menghilangkan perusahaan yang tidak dapat bersaing dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan yang lainnya. Dan rakyat pun dibebani resesi tersebut dengan upah yang lebih rendah dan standard hidup yang menurun. Ini bukan berarti bahwa buruh menghasilkan lebih banyak daripada yang dibutuhkan, melainkan buruh menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi tersebut menekan harga untuk turun, akibatnya mengancam keuntungan bagi kapitalis. Dan apabila kapitalis tidak bisa mendapatkan keuntungan dari menjual barang-barangnya, maka produksi dipotong. Pemotongan produksi tersebut berarti mereka mengurangi jumlah buruh. Teknologi baru dapat mengakibatkan pengangguran? Tentunya tidak harus begitu, tetapi karena di tangan kapitalis, teknologi baru tidak digunakan supaya rakyat dapat bekerja dengan jam kerja lebih sedikit untuk upah yang sama, melainkan untuk menurunkan biaya upah bagi kaum kapitalis.

    ___________________________
    [1] Sekarang negara-negara yang digolongkan sebagai Negara Dunia Pertama lebih kaya 80 kali dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Kondisi yang jauh lebih parah dibandingkan masa sebelumnya, 200 tahun yang lalu Negara-negara Dunia Pertama lebih kaya 3 kali. Setelah era kolonialisme dihancurkan pada tahun 1960an Negara-negara Dunia Pertama 35 kali lebih kaya. Saat ini setiap tahun Negara-negara Dunia Pertama memberikan bantuan kepada Negara-negara Dunia Ketiga sebesar 130 miliar USD. Namun setiap tahun para pemilik modal besar dengan perusahaan transnasionalnya mencuri 900 miliar USD dengan berbagai cara legal dan ilegal dari Negara-negara Dunia Ketiga. Setiap tahun Negara-negara Dunia Ketiga membayar hutang dan bunga hutang sebesar 600 miliar USD kepada Negara-negara Dunia Pertama. Negara-negara Dunia Pertama juga melakukan perdagangan yang tidak adil dengan syarat-syarat yang memberatkan Negara-negara Dunia Ketiga sehingga mampu menarik uang sebesar 500 miliar USD. Total semua yang diambil dari Negara-negara Dunia Ketiga mencapai 2 triliun USD setiap tahunnya. Sumber: http://www.therules.org/en

    [2] Pada tahun 2013 ini PBB menyatakan terdapat 48 negara paling miskin di dunia. Tiga puluh tiga dari 48 negara di benua Afrika termasuk di dalamnya ditambah 9 dari Asia dan 5 dari Pasifik. Sumber http://www.ibtimes.com/poorest-poor-un-releases-report-worlds-least-developed-countries-1137623

    [3] Angka kemiskinan di Amerika Serikat sekarang telah mencapai 146 juta rakyat, itu adalah setengah dari penduduk Amerika Serikat. Terdapat 8,4 juta rumah kosong sementara ada 842.000 tuna wisma itu artinya terdapat 22 rumah kosong untuk setiap tuna wisma yang ada di Amerika Serikat. Produktivitas buruh sejak tahun 1947 terus meningkat sementara rata-rata upah buruh menurun. Sumber: http://www.pslweb.org/liberationnews/newspaper/vol-6-no-9/sources-from-infographic.html

    Ketika kebijakan Neoliberalisme diterapkan, secara khusus dalam sektor perburuhan dengan fleksibilitas pasar tenaga kerja, jumlah anggota serikat buruh menurun dari 24 persen pada tahun 1973 menjadi 12,4 persen di tahun 2008. Akibatnya upah riil (bisa dikatakan daya beli berdasarkan upah) juga menurun 25 persen pada tahun 1980an. Data tersebut juga bisa diartikan bahwa kekuatan serikat buruh dalam memperjuangkan kenaikan upah menurun ketika partisipasi buruh dalam serikat menurun. http://www.stanford.edu/group/scspi/cgi-bin/fact17.php

    [4] Nilai satu dollar Purchasing Power Parity (PPP) atau 1 USD PPP, tidaklah sama dengan nilai satu dollar nominal atau kurs mata uang (1 USD). 1 USD PPP adalah konversi nilai kesetaraan barang/jasa yang bisa dibeli di suatu negara dengan 1 USD di Amerika. Di Indonesia nilai 1 USD PPP adalah setara dengan nilai uang sebesar Rp 6.237,- http://data.worldbank.org/indicator/PA.NUS.PPP

    [5] http://www.theprakarsa.org/uploaded/lain-lain/Prakarsa-Policy-Review.pdf



    Selanjutnya baca:
    Sistem Yang Tidak Masuk Akal (4)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan PPRI. Kami berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.
    Untuk saran, koreksi dan hak jawab, pengiriman press rilis, artikel, photo, silahkan mengirimkan email ke: infoppri2015@gmail.com

    Item Reviewed: Sistem Yang Tidak Manusiawi Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top