Sebastian adalah pahlawan |
PPRI PORTAL - Semarak hari Buruh
Internasional beberapa waktu lalu berubah menjadi duka bagi gerakan buruh
Indonesia. Sebastian Manuputty (32 Tahun), terjun dari atap Gelora Bung Karno
sembari membakar dirinya. Aksi membakar diri tersebut adalah buntut protes
terhadap kondisi perusahaan tempat ia bekerja yang banyak terjadi kecelakaan
kerja.
Sebastian adalah buruh PT. Tirta Alam sejahtera (TAS). Perusahaan yang
memproduksi minuman Ale-Ale. Di Perusahaan Tirta Alam Sejahtera tersebut sering
terjadi kecelakaan kerja. Topan, kawan
Sebastian, yang juga bekerja di PT. Tirta Alam Sejahtera, beberapa bulan yang
lalu mengalami kecelakaan kerja. 4 Jarinya harus diamputasi karena terjepit
Mesin. Bukannya mendapatkan status yang layak atas pengorbanan kerja yang dia
berikan, sebaliknya, Topan tetap menjadi buruh kontrak dengan pekerjaan sebagai
buruh taman.
Tidak hanya
Kecelakaan Kerja yang memicu aksi bakar diri kawan Sebastian. Status kerja para
buruh di PT. TAS dimana mayoritasnya adalah buruh kontrak membuat miris.
Meskipun pekerjaan buruh PT. TAS seharusnya tak bisa dikategorikan sebagai
bagian dari pekerjaan waktu tidak tetap.
Meninggalnya
beberapa karyawan karena penyakit Saraf
Otak di duga oleh Sebastian disebabkan karena kondisi kerja dan kondisi
perusahaan yang tidak layak.
Sebagai pengurus
PUK SPAI-FSPMI PT. TAS fakta-fakta diatas menggugah kesadaran kritis dari
Sebastian. Sebastian berharap aksi bakar dirinya akan menggugah banyak pihak,
apakah Negara, Pemerintah, pihak perusahaan, bahkan serikat tempat ia bernaung,
agar lebih serius memenuhi dan memperjuangkan Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, sebagaimana pesan terakhirnya di media
sosial sebelum Sebastian melakukan aksi bakar diri tersebut.
Sebastian memang bukan Marsinah. Tetapi Sebastian
dan Marsinah adalah symbol perjuangan kaum buruh. Apa yang dilakukan Sebastian
memang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Marsinah. 22 tahun yang lalu,
Marsinah, yang memperjuangkan kebebasan berserikat dan kesejahteraan di Pabriknya,
diculik, disiksa, diperkosa dan berakhir dengan kematian. Pelakunya adalah
pihak perusahaan dan tentara yang menjadi beking perusahaan. Para pelaku hingga
hari ini masih berkeliaran. Menikmati kekebalan hukumnya.
Memang Sebastian bukan dibunuh oleh tentara atau pengusahanya. Memang tidak. Tidak secara langsung. Tetapi secara TIDAK LANGSUNG perusahaan dan pemerintahan negeri ini telah MEMBUNUH Sebastian dengan kebijakan sistem buruh kontrak, dengan kondisi kerja tanpa perlindungan atas kecelakaan kerja dan penyakit, dengan ketimpangan sosial yang begitu tajam.
Bagi kami, Sebastian dan Marsinah adalah pahlawan
perjuangan kaum buruh; pahlawan perjuangan bagi kebebasan politik dan keadilan
sosial. Sebastian dan Marsinah telah Meninggal Dunia oleh kebiadaban sistem
kapitalisme dan Militerisme yang menghisap, melumpuhkan, memiskinkan, menyiksa
hingga membunuh. Namun, Sebastian dan Marsinah, akan hidup dalam sejarah
perjuangan kaum buruh membebaskan dirinya dari penindasan Kapitalisme dan
Militerisme. Sebastian dan Marsinah adalah Pahlawan Kami. Pahlawan Kaum Buruh.
Sekali lagi dan lagi kami teriakan:
- Tuntaskan kasus Marsinah. Tangkap, Seret dan Adili para Pelaku.
- Jadikan Marsinah dan Sebastian sebagai Pahlawan.
- Seret dan Adili Pengusaha dan Perusahaan yang tidak memberikan fasilitas Keselamatan Kerja bagi buruh-buruhnya.
- Hapuskan Sistem Buruh Kontrak.
Jakarta, 9 Mei 2015
0 komentar:
Post a Comment
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan PPRI. Kami berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan.
Untuk saran, koreksi dan hak jawab, pengiriman press rilis, artikel, photo, silahkan mengirimkan email ke: infoppri2015@gmail.com